Jumat, 08 Juli 2011

Ribuan Warga Sambut Jambore Kader Perencanaan


Pameran dan Jambore Kader Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif yang digelar di Desa Julubori Kecamatan Palangga Kab.Gowa - Sulsel

Makassar (KBSC)

Warga Desa Julubori Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan berinisitif untuk menggelar “jambore kader perencanaan penganggaran partisipatif”. Inisiatif ini bersambut dengan dukungan dari Pemerintah Desa Julubori, Yayasan WaKIL, ACCESS Phase II dan Pemerintah Kabupaten Gowa. Ribuan warga desa, termasuk dari warga desa tetangga memadati perkampungan Dusun Borong Bilalang Desa Julubori.

Jambore yang dilengkapi dengan pameran dari 26 desa di Kabupaten Gowa juga turut dihadiri berbagai kalangan, selain pemerintah, juga datang dari aktivis LSM dan media. Peserta utama yaitu 120 orang dari desa-desa di kabupaten, seluruh pemerintahan desa, pemerintahan kecamatan, SKPD Kab.Gowa, dan unsure-unsur lain.

Jambore ini juga menampilkan berbagai inovasi dan kreasi dari warga dan organisasi warga, termasuk kelompok tani, kelompok tani hutan, kelompok ternak, kelompok pengrajin kue dan anyaman, termasuk kelompok simpan pinjam perempuan yang mendapatkan dana hibah dari program PNPM, PKK, LKMD,BPD, karang  taruna, koperasi, remaja masjid dan organisasi rakyat lainnya.

Dari sekian banyak kreasi yang dipamerkan, diantaranya adalah “kopi tuak”, sebuah menu racikan dari warga dan kader-kader pemberdayaan masyarakat dari Desa Parigi Kecamatan Tinggimoncong. Selama ini, menurut Fasilitatornya M.Natsir Dg.Tola, bahwa masyarakat Parigi sebenarnya sudah lama menggunakan menu-menu tersebut diatas, bahkan dulu, belum dikenal banyak gula pasir, dimana masyarakat minum kopi menggunakan gula aren.

Caranya, adalah menghidangkan air panas dengan seduhan kopi hitam, lalu disamping gelas itu disiapkan juga potongan-potongan kecil gula aren. Jadi ketika kita menkonsumsinya, yaitu langsung minum kopi pahitnya (seperti biasa minum air putih), lalu cepat-cepat masukkan gula aren tersebut ke dalam mulut, sehingga kopi dan gula aren nanti bercampurnya di tenggorokan.

Tapi alhasil, dengan seringnya warga berkumpul dan berdiskusi, yang selama ini intens membuat perencanaan pembangunan di desa, mereka bersepakat bagaimana kalau proses pembuatan gula merah itu tidak semuanya jadi gula merah, tapi ketika cairan dari air nirah itu mulai mendidih, ketika warnanya sudah mulai putih keruh, maka air nirah tersebut diangkat, lalu didinginkan.

Nah, karena prosesnya setengah matang, antara air nirah asli  dan belum jadi kristal atau air mengental, maka rasa dan baunya masih sangat kental. Jadi dengan air setengah jadi gula ini kemudian itu nantinya dicampurkan dalam kopi pahit, dimana air nirah dan kopinya dimasak secara bersama-sama sampai mendidih. Rasanya, mak nyos,…

Kopi tuak ini juga dirasakan oleh sejumlah pengunjung pameran dan jambore, malah Bupati Gowa yang diwakili Asisten I Pemkab Gowa sewaktu usai membuka acara tersebut, sempat melihat proses pembuatan kopi tuak itu. Dg Tola mengakui, kopi tuak ini sudah diurus perizinan hak patennya. (sultan darampa) 

Berjuang Demi Petani Tompoblu

Ada dua desa yang menjadi dampingan Yuniarti, ibu dua orang anak ini di Kecamatan Tompobulu, yaitu Desa Datara dan Desa Garing. Kalau di Datara, proses partisipatifnya justru baru tumbuh ketika program ini dilakukan, karena memang kondisi desa dan sistem pemerintahan desa. “Saya menjabat Kades kurang lebih 4 tahun yang lalu, dan saya ingat bahwa serah terima jabatan itu, karena Kades lama meninggal dunia, hanya saya menerima sebuah buku tamu, tidak ada data, apalagi data monografi, maka saya berupaya keras, dan sangat berterima kasih kalau program ini justru penguatan data baseda desa,” jawab Kades Garing.

Sedikit berbeda dengan Garing, Desa Datara justru telah sedikit berkembang, sistem budaya dan gotongroyongan tetap terus dilakukan, malah tanah atau sawah yang diperuntukkan bagi kebutuhan makanan / beras bagi pejabat desa sampai sekarang masih dilestarikan dan tetap dipertahankan menurut adat istiadat mereka.

Memang karena tipelogi Kades yang “sangat ditakuti” masyarakatnya menjadi nilai kekuatan tersendiri, warga berani berbicara langsung dengan warganya. Malah Yuniarti pernah mengalami kasus hukum bagi salah seorang warga lain, karena anaknya dianiaya oleh salah seorang warga yang cukup berkuasa, kemudian Yuniarti melaporkannya ke polisi dimana sebelumnya diajak untuk damai, minta maaf, tapi orang tersebut tidak mau minta maaf. Proses ini mendapat dukungan dari Kades, sebagai bentuk pembelajaran bagi warga desa lain, bahwa proses hukum harus ditegakkan oleh Kades tanpa pandang bulu, meski itu keluarga Kades sendiri.

Nilai belajarannya, adalah adanya sikap perubahan bagi warga desa, bahwa apabila mereka dianiaya, atau hak-haknya dilanggar, maka sikap Kades jelas, membela bagi mereka yang lemah. Ditengah penguatan Kades dan aparat desa kepada warganya, juga seiring tumbuhnya partisipasi perempuan, saat ini muncul organisasi-organisasi perempuan, dimana dulunya hanya ada istilah PKK, atau semacamnya, maka sekarang ini yang menjadi trend adalah perempuan, termasuk perempuan miskin itu membuat kelompok-kelompok pembuat kue tradisional, (hasil kue ini ikut dipamerkan pada Jambore Kader Perencanaan Penganggaran Paritsipasipatif yang dipusatkan di Desa Julubori minggu lalu), kelompok anyaman-anyaman, dan bagi pemuda, juga munculnya kelompok seni, yaitu pemuda elekton qasida.

Ide-ide partisipatif ini terus berlanjut, meski ACCESS tidak lagi memperkuat proses ini. Hal ini terjadi karena adanya kegiata-kegiatan dengan inisiatif warga desa, malah warga desa tetangga juga tengah minta difasilitasi, bahkan kecamatan tetangga, yaitu Kecamatan Biringbulu, juga meminta fasilitasi proses seperti ini.

Juga munculnya atau seringnya warga dan aparat desa datang ke rumah Yuniarti untuk konsultasi, untuk berdiskusi tentang perkembangan desanya, termasuk tentang inisiatif mereka didalam proses pengawalan pembangunan, maupun pada inisiatif kegiata-kegiatan praktis. Bahkan “hidupnya” kembali organisasi kelompok “sinoman”, sebuah kelompok masyarakat untuk melestarikan budaya-budaya setempat. Karena ini sudah kebutuhan bersama, karena budaya mereka, maka tentu mereka akan melestarikannya, dan semuanya itu ada termuat di dalam dokumen RPJMDes.

Bahkan yang lebih menjanjikan lagi, adanya dukungan penuh dari Kades untuk program partisipatif dan pengawalan ini mendapat dukungan pendanaan operasional dari alokasi dana desa (ADD). Jadi beberapa indikator keberlanjutan ini menjadi garansi agar aras perubahan terus berkembang, malah melintasi desa dan melintasi kecamatan.

Ke depan, terlepas masih banyak tantangan yang dihadapi, saya sangat berharap bahwa sinergitas antara warga dengan pemerintah desa tidak berhenti, tidak sekadar karena tuntutan program, tetapi sudah harus pada konteks budaya, karena budaya adalah alat perekat utama didalam menjamin keberlanjutan sebuah cita-cita dan visi ke depan. (sultan)

Senin, 27 Juni 2011

BINTANG PERUBAHAN : Politi Perempuan Desa

Politisi perempuan. Panggilan ini karena dia satu-satunya anggota BPD dari 11 anggota BPD Desa Julubori, dan sepanjang pemerintahan Desa Julubori untuk pertama kalinya diduduki oleh kaum perempuan.

Ia memang bukan orator ulung, ia juga bukan singa betina panggung, ia juga tidak piawai dalam menyusun kata-kata dan argumentasi. Karena ia tidak pernah didik untuk menjadi politisi, tapi karena cita-citanya untuk mendorong dan mengangkat perempuan-perempuan Desa Julubori untuk berperan, membantu sang suami-suami agar kehidupan ekonomi rumah tangga menjadi semakin baik.

Itulah Mantasia Dg Bollo, perempuan single parent yang tinggal di Desa Julubori telah menyumbangkan hidupnya bagi aktivitas sosial di desanya, tak ada pertemuan-pertemuan tingkat desa yang tak akan diikutinya, dan tak ada pula organisasi-organisasi di desa yang tak ikut didalamnya. Tujuannya, agar semua itu, ada perempuan-perempuan yang terlibat aktive dalam kegiatan sosial di desa, juga agar setiap organisasi di desa harus ada keterwakilan perempuan.

Dg Bollo bermimpi ke depan, agar tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah karena ketidakmampuan orang tuanya menyekolahkannya, apalagi sekarang pendidikan di Gowa gratis.  Meski gratis, tapi transport dan kebutuhan lain tetap menjadi tanggungjawab orang tua, sehingga masih banyak dijumpai anak-anak putus sekolah di desanya.

Dia juga mengharapkan agar peremuan-perempuan mendapat pendidikan keterampilan, misalnya keterampilan menjahit, keterampilan mendaur ulang sampah menjadi bahan tas, atau aksesoris lainnya, juga kemampuan bagi perempuan untuk membuat anyaman-anyaman.

Bagi Dg.Bollo, ia terus bekerja bagi desanya, dan meminta kepada pemerintah desa agar setiap program-program dibuka secara bersama-sama, dirapatkan atau dimuasyawarakan, sehingga roda pemerintahan Desa Julubori berjalan ke arah yang lebih optimal.

“Untuk pertama kalinya Kades Julubori telah melibatkan semua unsur dalam pengambilan keputusan bagi pemerintahan desa. Kita selalu bersama-sama mengambil keputusan, jadi kekuatan Desa Julubori terletak pada warga yang dilimpahkan (dimandatori, red) melalui BPD, lembaga-lembaga desa dan organisasi-organisasi desa,” ungkap Dg. Bollo.

Ia juga mengharapkan ke depan, agar inisiatif peraturan-peraturan (regulasi red), mendapatkan bimbingan atau pelatihan dari luar, sehingga aparatur desa dan segala sistem penyokongnya dapat mengetahui dengan baik pembuatan peraturan atau regulasi yang ada di desa.  

*********
Mantasia yang akrab dipanggil Dg Bollo,adalah perempuan yang ulet, tanpa dukungan suami,  ia terus bekerja untuk menghidupi orang tuanya, adik-adiknya dan keluarga lainnya.  Jadi setiap hari Dg Bollog berada di warung daruratnya jika tidak ada kegiatan-kegiatan di desanya.

Sejak awal, kira-kira tahun 1988, Dg Bollo sudah ikut aktif terlibat di dalam PPK, waktu itu Dg Bollo masih sekolah, SMA. Kemudian setelah tammat, juga masih aktif di Pos Yandu. Pada Pos Yandu sebagai ketua pos, maka tugas-tugas kesehariannya adalah menimbang bayi. Ini dilakukan semata-mata pengabdian sosial, karena baginya soal honor atau gaji tidak terlalu dipersoalkannya, karena dia sendiri punya jualan-jualan kecil, meskipun itu omsetnya sangat kecil.

Membantu kaum ibu-ibu dalam pelayanan kesehatan, baginya sudah merupakan kesenangan tersendiri,hal ini dapat dibuktikan ketika ada kegiatan pos yandu yang merupakan bagian dari program strategis desa, maka terpaksa harus meninggalkan kegiatan jualannya.

Kesuksesan di pos yandu, mengantar Dg Bollo, (perempuan yang katanya ketakutan menikah, karena teman-temannya banyak punya pengalaman gagal dalam mempertahankan keluarganya, alias cerai), dipercaya memimpin kelompok SPP (simpan pinjam khusus perempuan, sebuah program dari PNPM).

Dengan SPP ini, maka kekuatan ekonomi warga terus bergerak, malah SPP ini semakin membuat warga, utamanya anggota kelompok selain mendapatkan penambahan modal kerja, atau modal jualan, juga sudah dana simpanan bersama.

Prestasi Dg Bollo di SPP ini semakin mengantar masyarakat untuk membangun dirinya, termasuk membangun ekonomi keluarganya, dengan pengembangan usaha-usaha alternatif bagi ibu-ibu desa.

Kemudian atas kesepakatan bersama, Kades Julubori Muhammad Ansar, telah meminta agar seluruh kelompok-kelompok mempersiapkan kelengkapan organisasinya kelompoknya, karena akan mengelola ternak unggas secara bersama-sama. Ternak unggas ini atas inisiatif warga yang selama ini telah beternak dengan baik, apalagi adanya dukungan sumber daya alam, tetapi hanya dikelola secara berorangan.

Dengan tenak itik dan ayam kampung ini, maka bentuk pengelolaannya diatur oleh masing-masing kelompok. Makanya, setiap ketua kelompok, termasuk Mantasia sebagai Ketua Kelompok II Program Keluarga Harapan (PKH) Departemen Sosial, juga akan mengelola ternak itik atau ayam kampung. (sultan darampa)

Selasa, 21 Juni 2011

BINTANG PERUBAHAN : Jual Nasi Sambil Fasilitasi Kelompok

Nanang Ikrani adalah seorang ibu yang usia 25-an tahun dengan anak dua orang. Sehari-hari bergelut dengan demi pemenuhan ekonomi keluarga, dengan menghidupi 3 orang anggota keluarganya, yaitu dua orang anaknya dan seorang adiknya.

Kehidupan Nanang terasa sangat berat, apalagi untuk kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya. “Saya membesarkan anak-anakku tanpa suami, dimana suamiku meninggalkan saya sejak delapan tahun yang lalu,” katanya sambil mengenang masa lalu.

 Untungnya Nanang mendapatkan sokongan dari program Dinas Sosial melalui program keluarga harapan (PKH). Dalam PKH ini Ibu dua orang anak ini akhirnya lambat-laun kebutuhan ekonomi keluarga secara berlahan mulai teratasi, meski tidak secara keseluruhan.

Ditengah jeratan ekonomi keluarga, Janda muda ini juga mulai melirik kegiatan-kegiatan sosial di desanya, pada awalnya ia ikut program PKH atas nama orang tuanya, karena orang tuanya sudah meninggal, maka ia menjadi ahli waris dari bantuan Depsos tersebut, apalagi memang Ibu Nanang juga memenuhi syarat sebagai dana penerima bantuan.

Berangkat dari pengalaman itu, maka Ibu Nanang juga mulai aktive di kegiatan-kegiatan desa, misalnya ia sudah berani bicara, termasuk berani bicara dengan Kades Julubori sebagai pemegang mandat tertinggi pemerintahan di desa itu.

“Jadi setiap pertemuan desa, saya sudah mulai dilibatkan, tapi memang awal-awalnya saya juga gugup bicara. Awalnya hanya ikut saja, tapi lama-kelamaan, akhirnya saya sudah bisa sedikit bicara, dan sekarang malah saya sudah bisa memberikan masukan-masukan kepada Pak Desa secara langsung,” urainya.

Hal ini terjadi pada bulan Desember 2010, dan terus mengawal pembangunan desa bersama dengan perempuan desa lainnya. Dari situ kemudian, Nanang dipercaya sebagai Ketua Kelompok I Borong Bilalang dalam Program Keluarga Harapan.

Karena posisinya sebagai ketua kelompok, maka setiap rencana-rencana pembangunan desa, sudah aktiv terlibat, diskusi, dan bersama-sama mengambil keputusan bersama.

Jadi keaktifan dirinya, juga pertanda bahwa kesadaran perempuan di dusunnya juga telah berpartisipasi dalam pembangunan secara aktive, utamanya pengurus kelompoknya aktive mengikuti pertemuan dan kegiatan-kegiatan sosial di Desa Julubori.

Menurut Nanang, bukan hal mudah untuk melakukan semua itu, karena sebagai single parent, disamping memenuhi kebutuhan keluarga dimana dia menjadi kepala keluarga, juga terus bekerja bersama-sama masyarakatnya, termasuk kelompoknya.

Meski begitu, dia mengalami hambatan-hambatan dalam mempercepat partisipasi perempuan, karena menurutnya perempuan Dusun Bilalang membutuhkan tenaga pengajar yang dapat mendidik perempuan-perempuan Desa Julubori dari berbagai aspek, termasuk soal tenaga ahli dalam peternakan unggas, misalnya peternakan itik dan ayam kampung. “Ternak ayam potong disini tidak dapat dikelola secara berkelompok oleh masyarakat, tapi kalau ternak itik atau ayam untuk setiap kepala keluarga maka sangat cocok,” katanya.

Di balik kesukesan Nanang didalam mengawal kelompok dan masyarakat Desa Julubori, yaitu Musabir dari petugas Dinas Sosial dengan progam keluarga,Dg Bollo (tokoh perempuan), Kades Julubori, dan lainnya.

Dengan kegiatan-kegiatan sosial ini, maka saya banyak mengalami perubahan, tak terkecuali perubahan ekonomi. Tetapi meski demikian ekonomi keluarga harus menjadi prioritas utama dengan terus berjualan di emperan toko, dari situ memang pembelinya terkadang tidak menentu, tetapi itu sudah dapat sedikit demi sedikit meringankan keluarga, karena uang transport anak-anaknya yang sekolah dapat teratasi.

Jadi hikmahnya, karena terlibat didalam mengurus kegiatan-kegiatan di desa, maka waktunya kami atur, sehingga jualan juga tetap berjalan. Itulah gambaran, bagi perempuan-perempuan yang terus bergelut dengan lilitan ekonomi keluarga tapi tak pernah terlepas dari proses pembangunan di desa. (sultan darampa)

Senin, 20 Juni 2011

BINTANG PERUBAHAN : Sang Pembaharu dari Parigi

Saya tidak mengerti kenapa saya menjadi pembicara utama pada Jambore Kader Perencanaan Penganggaran Paritisipatif yang dipusatkan di Desa Julubori, padahal saya ini bukan apa-apa bagi program ACCESS, saya juga bukan sebagai KPM, maupun warga sasaran penerima dampak.

Tetapi ketika pertama kali sosialisasi program ini direncanakan, saya melihat draft kegiatannya sangat menarik, karena mereka tidak bicara proyek, atau program, atau mereka bicara soal penguatan atau pemberdayaan, dimana kader-kader dilatih untuk melakukan pendataan dengan validatas yang sangat terpercaya, kader juga diajak untuk membuat matriks perencanaan, malah kader membuat dan menyusun sendiri dokumen perencanaan desanya.

Melihat itu semua, saya tidak pernah diundang, tetapi datang terus, karena melihat manfaat yang bakal diterima, utamanya bagi warga RK atau dusun saya. Karena meskipun saya ketua RK, tetapi sehari-hari saya harus mengurus Dusun Pangajian, malah seringkali diminta Kades Parigi untuk mewakilinya dalam pertemuan-pertemuan, cuma memang sebatas mengikuti.

Jadi setiap tahapan kegiatan, dan arus perubahan-perubahan yang dicapai dalam perencanaan di Desa Parigi, maka tentu saya paham betul, saya tahu menyusun visi, membuat peta sosial, menfasilitasi peringkat kesejahteraan masyarakat, dan tabulasi sensus.

Malah isi RPJMDes Parigi saya tahu betul, strategi pembangunannya saya hapal dengan segala prioritasnya. Saya sangat gembira, karena posisi saya sebagai ketua RK, mendampingi warga untuk berparitsipasi penuh dalam program ini, tidak ada warga saya yang berani menolak pertemuan-pertemuan, tapi bukan akrena takut kepada saya, tetapi memang sudah mengerti betul manfaat program ini.

Mungkin memang dulunya ia, tetapi biar bagaimana pun saya juga bagian dari warga penerima dampak dari program tersebut.

Tantangannya, karena saya ini adalah bekas preman, anak jalanan, yang tidak pernah tahu tentang bermasyarakat, apalagi tiba-tiba dipercaya menjadi ketua RK. Ini seolah-seolah saya shok menerima mandat ini, tetapi karena dukungan dari warga yang kuat, maka saya akhirnya menerima jabatan tersebut.

Kemudian saya menghadap kepada orang-orang tua, pemuka agama, dan sejumlah kaur aparat desa, maka disarankan untuk merubah diri, merubah perilaku, dan setelah itu maka kemudian, saya diminta untuk kemudian pelan-pelan membuktikan perubahan perlakuk saya kepada masyarakat, karena tantangan moralnya sangat besar, bagaimana mungkin seorang preman akan memimpin masyarakat, apakah masyarakat mau dijebloskan ke dalam dunia premanisme.

Akhirnya saran itu terus saya lakukan, apalagi sudah teman diskusi, ada Dg Tola (Fasduk Kecamatan Tinggimincong / Manuju), juga seringkali diskusi dengan Manager Program WaKIL meski tidak ada hubungan langsung, karena saya juga bukan bagian dari struktur pelaksana program WaKIL.

Saya juga banyak belajar dari masyarakat, termasuk kepada istri yang setia mendampingiku dalam menjalankan tugas-tugas RK, dan kebetulan sekali istriku itu adalah KPM Desa Parigi. Disamping saya belajar sama dia, saya juga seolah-olah berlomba, malah seringkali berdebat soal-soal program ACCESS ini.

Akhirnya, saya juga menginisiatif membuat sendiri perencanaan untuk Dusun Pangajian, ada dokumen sensus sendiri untuk dusun itu, malah sudah ada peta sosialnya yang dibuat khusus, termasuk dibantu warga. Ke depan, saya akan membuat perencanaan sendiri, tentu dengan segala prioritas dan peluangnya dalam pembangunan Dusun Pangajian ke depan. (sultan)

Minggu, 19 Juni 2011

BINTANG PERUBAHAN WaKIL : Ulet dan Pekerja Keras

SAYA adalah salah seorang perempuan (30 tahun) tinggal di Desa Julubori Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa – Sulawesi Selatan. Sehari-hari saya bekerja serabutan, kadang bekerja membantu di sawah, kadang membantu program desa dari kepala desa, tak lupa juga harus mengurus rumah tangga. Semuanya saya lakukan demi menghidupi kedua anakku yang setelah sekian tahun ditinggal oleh bapaknya. “Suamiku meninggalkan saya dan kedua anakku tanpa penjelasan yang masuk akal,” katanya menutupi kesedihan hatinya.

Menurutnya, salah satu alasan suaminya minggat, karena perempuan umur 30-an tahun yang pernah mengecap pendidikan di Universitas Hasanuddin meski tidak menyelesaikan studinya, adalah karena saya juga mau active seperti dengan beberapa perempuan desa yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan desa, apalagi saya pernah menuntut ilmu di perguruan tinggi.

Tetapi niatnya untuk ikut membawa perubahan di desanya, selalu terhalang oleh suaminya. “Kenapa kamu repot-repot mau kerja, mau active di kantor desa, atau apalagi kalau ada kegiatan di kantor desa, cukup kami jadi ibu rumah tangga saja, apa yang kurang, mau makan silahkan makan,” kata sang suami seperti yang ditirukan ole Ros.

Jawaban sang suami memang sangat efektive, sehingga Ros, tidak pernah lagi aktiv pada kegiatan-kegiatan sosial, malah berkumpul dengan bekas teman-temannya yang juga active sebagai ibu-ibu “aktivis” di desanya juga tidak diizinkan. “Tetapi saya rasa bukan karena factor itu suami saya meninggalkan keluarga ini, karena permintaannya untuk tidak bekerja sudah terpenuhi. Dan tanpa saya ketahui sebab-sebabnya, tiba-tiba menghilang dengan meninggalkan tanggungjawabnya sebagai seorang kepala rumah tangga dimana anak-anaknya yang masih kecil-kecil membutuhkan biaya hidup,” kenang Ros.

Karena saya merasa tidak mendapat perlakuan adil karena meninggalkan saya dan keluarganya tanpa ada penjelasan, yang kemudian sekitar setahun baru saya tahu bahwa ternyata ia sudah kawin lagi di tempat lain, akhirnya saya mengambil inisiative seperti cita-cita semula. “Saya sudah mulai active lagi pada kegiata-kegiatan sosial, seperti menjadi KPM, dan saya senang disitu, karena selain mendapat teman, juga saya merasa bahwa nasib “jelek” saya tidak sia-sia, karena banyak teman-teman KPM, utamanya di desa lain, menjadi sahabat-sahabat.

“Suatu hari nanti, saya tetap bertekad untuk terus berjuang, minimal ingin mengatakan, utamanya dalam Desa Julubori, bahwa orang seperti saya, janda, masih bisa berbuat banyak, selain bisa menghidupi keluarga dengan 2 orang anak, juga masih sempat membantu orang lain, masih sempat berdiskusi dengan apart desa tentang apa-apa yang akan dilakukan, tentang rencana-rencana apa bisa dilakukan untuk membuat perubahan di desa.

Saat ini, setelah mengikuti beberapa kali training, saya juga dapat menfasilitasi pertemuan-pertemuan, FGD, atau rapat-rapat di kantor desa, termasuk menfasilitasi sensus rumah per-rumah di dalam Desa Julubori. “Saya juga kaget dapat melakukan semua ini, saya tidak pernah membayakan akan seperti ini jadinya, apalagi secara mental saya terpuruk, dan sempat sidrom atas kasus menimpah keluarga saya. Tetapi setelah menjalani semua ini, ternyata saya bisa menjalani dengan baik, tanpa ada dampak-dampak negative terhadap terhadap psikologi saya, termasuk keluarga saya dan anak-anak saya,” katanya sembari tersenyum.

Ros memang terkenal ulet dimata teman-temannya sesama KPM, atau sesama kaum ibu-ibu di Desa Julubori. Menurutnya, dukungan yang paling terasa adalah nama besar keluarga, nama baik orang tua dan nenek moyang, sehingga apa yang dilakukannya saat ini, secara sosial di masyarakat adalah factor pendorong yang paling kuat.

Sekedar diketahui bahwa Desa Julubori, apalagi dibawa kendali kepala desanya, Muhammad Ansar, percepatan pembangunan di segala bidang sangat terasa. Beberapa program yang telah masuk di desa ini antara lain :
1.Rehab dan pembangunan jalan-jalan di dalam Desa Julubori, termasuk jalan-jalan tani, sudah diaspal dan di-papinblok.
2.Tempat-tempat layanan umum, Pustu dan rumah-rumah ibadah juga telah mengalami rehabilitas dan pembangunan.
3.Secara swadaya, Desa Julubori membeli Mobil Kijang untuk layanan cepat bagi warganya yang membutuhkan pertolongan. Mobil ini dinamai, Mobil P3K, khusus untuk mobil angkutan bagi warga sakit untuk diantar ke puskesmas, atau ke rumah sakit. Juga mobil difungsikan dalam mobilitas tinggi, seperti keperluan bagi warga yang membutuhkan trnasportasi ke kabupaten lain.
4.    Banyak program yang masuk disini, utamanya PNPM, IPP, P2TP, serta sejumlah proyek-proyek dadakan lainnya.

Nah, didalam mendorong percepatan pembangunan, termasuk pemangunan fisik, sosial keagamaan, maka salah satu andalannya pemerintah desa adalah kader-kader pemberdayaan (KPM), utamanya bagi KPM yang telah mendapat penguatan kapasitas dari kemitraan Yayasan WaKIL – ACCESS ini.

“Secara pribadi, saya rasakan besar sekali manfaat dari pelatihan-pelatihan ini, karena selain ilmunya, juga yang utama pengetahuan itu dapat diterapkan langsung di desa-desa, malah ada kepala desa lain menawarkan diri untuk kami bantu, tetapi memang kami tidak jawab bersedia atau tidak, karena itu kewenangan Kepala Desa Julubori,” tandas Ros mengakhiri ceritanya.(sultan)  

Rabu, 08 Juni 2011

Jambore Kader : Apresiasi KPM Pengawal Pembangunan

Peserta kader yang terdiri atas berbagai elemen masyarakat ketika menghadiri pembukaan Jambore Kader. Asisten I Pemkab Gowa ketika memeriksa 26 dokumen RPJM Desa se-Kabupaten Gowa. 

Makassar, KBSC)
Atas inisaitif Kepala Desa Julubori, Muhammad Ansar, bersama kader-kader pemberdayaan masyarakat (KPM), menfasilitasi jambore kader perencanaan penganggaran partisipatif atas dukungan Pemerintah Kabupaten Gowa, Yayasan WaKIL dan Kemitraan Indonesia Australia dan ACCESS Phase II.

Sukses ini adalah wujud dari perubahan-perubahan yang telah dicapai pada 78 kader-kader pemberdayaan dari 26 desa dampingan di Kabupaten Gowa. Dan itu semua disaksikan Asisten I Pemkab Gowa, bersama beberapa kepala dinas, anggota DPRD Gowa, 18 camat se-Kabupaten Gowa, dan puluhan kepala desa, kepala kelurahan dan stakeholders lainnya.

Jombore ini kemudian menampilkan alat-alat kajian penjajakan dan perencanaan, seperti peta sosial 26 desa, pentagonal aset, peringkat kesejahteraan masyarakat, ataupun produk-produk unggulan dan kreasi dari masing-masing desa, seperti ada kopi tuak yang ditampilkan oleh KPM Desa Parigi dan Desa Tamalatea. 

Ada kreasi kue-kue tradisional hasil kerajinan kelompok dampingan di Desa Datara dan Desa Garing. Semua ini tak terlepas dari pengamatan dan rasa kagum dari Asisten I beserta rombongan ketika mengunjungan stand pameran tersebut.

Kepala Desa Julubori, Muhammad Ansar Dg.Rurung, setiap usaha-usaha dan ide-ide dari masyarakat, termasuk Jambore ini, selalu memusyawarakan dengan para aparatur, termasuk BPD, bahwa bagaimana meningkatkan mobilitas layanan kesehatan masyarakat, utamanya bagi masyarakat yang kurang mampu, meski sudah ada kesehatan gratis, maka waktu itu disepakati untuk pengadaan sebuah mobil P3K, pelayanan pertama pada kesehatan. Dimana mobil ini, merupakan jasa angkutan gratis untuk transportasi bagi warga yang mengalami musibah, misalnya masuk ke rumah sakit (ke ibukota kabupaten Sungguminasa dan ke Kota Makassar), termasuk untuk layanan angkutan mayat.

Jika masyarakatnya itu tergolong mampu, dan membutuhkan layanan ke luar kabupaten yang sangat jauh, maka hanya dimintai biaya pengganti pembeli bensin, itupun sesuai kondisi keuangan keluarga, alias sukarela, tidak aa patokan, sementara sopir tetap mobil tersebut dihonor oleh Kades sendiri.

Dalam rutinitas layanan public itu, maka saya mendapat informasi bahwa salah satu dari dua desa di Kecamatan Palangga mendapat lokasi program “perencanaan partisipatif” yang belakangan kemudian dikenal sebagai penyusunan RPJMDes atas kerjasama Yayasan WaKIL – ACCESS Phase II.

Berangkat dari situ, sungguh beruntung, karena kami mengirimkan 3 orang kader terbaik desa, yaitu KPM M.Ilyas Dg.Laja, Rosmawati dan Dg.Kebo, yang representatif mewakili masing-masing dusun. Dari perguliran waktu terus berjalan, sang kader ini telah melahirkan atau mendorong dan mendampingi lahirlah dokumen RPJMDes, dengan proses yang betul-betul terpercaya dan akurat.

Didokumen itulah termuat seluruh rencana desa, dan salah satu rencana pengempangan strategis desa yang dirasakan sangat mendesak dan memang strategis adalah pengembangan kawasan agrowisata Desa Julubori secara terpadu, karena disini dibangun baruga musyawarah desa, tempat mancing, tempat permainana anak-anak (rekreasi), pusat sayur organik, dan ke depan sistem pertanian (pola Sri dan Legowo), peternakan itik, laboratorium hutan hak.

Hal ini lahir juga atas dorongan bagaimana meningkat sumber-sumber pendapatan asli desa, selain alokasi dana desa (ADD). Jadi agrowisata ini mengembangkan sistem kemitraan masyarakat, dimana masyarakat, termasuk pemilik lahan dan pemilik ternak, adalah bagian utama dalam pengelolaan kawasan terpadu itu, jadi masyarakat adalah manajer atau pelaku utama dalam agrowisata ini.

Langkah-langkah strategi pengembangan agrowisata ini, adalah telah melakukan serangkaian kegiatan atau kunjungan juga dukungan dari pemerintah Kabupaten Gowa, misalnya telah menjadi lokasi penelitian kehutanan dengan sistem vegetasinya yang beragam, dimana vegetasi hutan kayu ini merupakan hasil tanaman yang ditanam masyarakat sendiri. Juga menjadi laboratorium pengembangan sistem pertanian pola Sri di Indonesia, dan terakhir, seminggu yang lalu, telah didakan pameran atau jambore kader perencanaan penganggaran partisipatif se-Kabupaten Gowa.

Jadi seluruh sistem desaign pengembangan tersebut diatas, telah diatur dalam sistem regulasi pemerintahan desa, mulai dari SK atau mandotry terhadap pelaksana teknis lapangan, seperti SK kepada kader-kader pemberdayaan, Perdes tentang RPJMDes, juga sejumlah SK Kades lainnya.

Sehingga upayaini telah melahirkan sistem regulasi desa yang akuntabel, demokratis dan transparansi. Ketiga komponen ini telah teruji melalui hasil-hasil keputusan dan masyawarah bersama, antara perangkat-perangkat pemerintahan desa, BPD, KPM, dan seluruh elemen-elemen masyarakat.

Ke depannya, agar seluruh sistem nilai yang bekerja di desa betul-betul lahir atas desaign bersama masyarakat, maka kami mengemasnya dalam sistem klinik. Dimana klinik utamanya adalah Bank Data Desa yang merupakan, “gudang analisis” kebutuhan bersama bagi desa.

Hasil-hasil analisis ini melahirkan rekomendasi-rekomendasi, misalnya rekomendasi sistem bisnis planning bagi masyarakat, jadi semacam konsultasi ekonomi masyarakat, juga klinik public complain, yang senantiasa menerima pengaduan atau sengketa antarmasyarakat itu sendiri. “Beberapa hari yang lalu, ada sengketa antarwarga yang bersentuhan dengan kriminal, dan sebelum diserahkan ke polisi, kami membicarakannya, dan akhir musyawarah itu kemudian memastikan bahwa kasus ini ditangani sendiri  oleh desa, dan hasilnya terjadi perdamaian, meski saya sendiri sebagai kepala desa, menjadi jaminan ke polisi jika dikemudian hari ada masalah-masalah hukum terhadap kasus ini. “Jadi tidak semua sengketa disini, ditangani langsung polisi, malah polisinya kami datangkan ke masyarakat,dan mendiskusikannya secara bersama, jadi tidak langsung asal tangkap dan penjarakan,” tegasnya.

Semua itu, adalah upaya-upaya sistematis yang dimotori sang kader dalam memastikan perubahan-perubahan yang terus terjadi di desanya. Pola sismatis ini pula yang menjadi inspirator,dan corong perubahan bagi desa-desa lain di Kabupaten Gowa dan Sulawesi Selatan. (sultan)

Jumat, 29 April 2011

Rekomendasi PPR GITA PERTIWI - WaKIL


Tempat / Waktu :
1.       Kantor YBC –Sungguminasa
2.       Selama 2 hari (Tanggal 27 – 28 April 2010)

Fasilitator :
1.       Dewi Ros (Gita Pertiwi)
2.       Titik Susanti (Gita Pertiwi)
3.       Sari Bulan (ACCESS Sulsel)

Peserta WaKIL :
1.       Hervina
2.       Hadawiah
3.       Fatma
4.       Ismawati (Fasduk Bajeng)
5.       Idawati Dg Lu’mu (Fasduk Parigi)
6.       Sitti Sumirna Rauf (Fasduk Barombong)
7.       Yuniarti (Fasduk Tompobulu)
8.       Angraeny Ardan (Fasduk Parangloe)
9.       Sultan Darampa (Manager Program)

Tujuan :
1.       Untuk melihat ulang perjalanan program Yayasan WaKIL dalam perencanaan partisipatif yang berkaitan erat dengan women leadhership.
2.       Saling bercerita atau bertukar pikiran dengan pikiran-pikiran dalam pengawalan proses perencanaan. 

Materi yang Dibutuhkan :
1.       Input dari peserta
2.       Isi dari program kegiatan WaKIL
3.       Rencana Aksi Perencanaan Partisipatif

Pertanyaan Kunci :  
1.       Siapa aktor untuk pencapaian mimpi itu à ketika aktor itu disentuh akan terjadi perubahan, (bukan nama tapi posisi).
2.       Situasi seperti apa yang akan dicapai oleh kawan-kawan
3.       Bagaimana melakukan (cara, strategis)
4.       Apa yang dibutuhkan

Tematik YBC :
1.       Pelayanan Publik Kesehatan (Desa)
2.       Kader Mandiri dan Sejahtera
3.       Keseteraan perempuan
4.       Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu
5.       Masyarakat Gowa yang sehat
6.       YBL + Kades melakukan perencanaan kesehatan yang berkelanjutan

Tematik WaKIL :
1.       Perencanaan partisipatif dalam menyusun RPJMDes
2.       Bank Data Desa
3.       Pemberdayaan Perempuan
4.       Shearing Pembelajaran
5.       Tenaga Handal – Manajemen, Fasduk,  KPM

Berkontribusi terhadap berbagai kalangan di masyarakat. Masyarakat yang dimaksud dalam sasaran program adalah :
1.       Perempuan
2.       Kaum Miskin
3.       Kaum Muda
4.       Kelompok Marginal

Untuk itu perlu mengulas mana yang masih terkadang menimbulkan perdebatan diantara kita, misalnya bagaimana pandangan masyarakat tentang :

Marginal :
1.       Tidak terlibat dan memang tidak dilibatkan à mulai berproses keterlibatan mereka mulai ada perubahan kira-kira ada penurunan 10 persen.
2.       Cacat
3.       Berkepribadian ganda
4.       Apatis = ada kasus 20 persen, perubahan à karena mereka tidak tahu tentang apa-apa yang sudah ada bekerja di desa, bukan mereka tidak mampu,
a.       Sibuk bekerja
b.      Tidak digubris, dibiarkan saja.
5.       Lawan politik
6.       Orang-orang pintar à takut kepala desa
7.       Tokoh masyarakat yang berbeda pandangan dengan Pemdes
8.       Trans gender (bencong, kelainan kejiwaan, dll)

Apatis itu dianggap dengan berbagai cara pandang yang berbeda-beda, misalnya kalau saya ikut ke pertemuan tersebut karena ada kebutuhan-kebutuhan yang melekat pada diri dan keluarganya, ada kepentingan yang tidak dapat ditolerir oleh masyarakat.

Apatis itu muncul karena memang ada pengaruh dari sistem. Apakah itu juga masih dianggap “apatis”.Solusi-solusi adalah melibatkan diri mereka maka pertemuan-pertemuan misalnya pada malam hari, atau pada hari-hari atau musim-musim tertentu, sehingga mereka lebih fair.

Cara merubah aktor :
1.       Cara pandang
2.       Cara bersikap
3.       Cara penerimaan para pihak kepada mereka

Kaum Miskin  :
Kreteria apa yang dilakukan kawan-kawan WaKIL untuk menilai miskin atau sangat miskin.

1.       Rumah :
a.       Tidak layak huni à gubuk bambu, lantai tanah.
b.      Makan seadanya (menu tidak lengkap)
c.       Tidak punya pekerjaan tetap

2.       Kaum Muda :
1.       Belum menikah
2.       Usia Remaja (SMP / SMA)

Anak :
1.       Usia 0 – 18 tahun (ILO), kecuali kalau sudah menikah

Bagaimana Melibatkan ?
1.       Mengundang, a’burita
2.       Bertanya dan berdiskusi
3.       Kunjungan langsung atau menemui mereka

Apa yang harus dilakukan ke depan :
1.       Realisasi muatan dalam pembangunan desa à dikawal oleh RPJMDes
2.       Siapa yang bertanggungjawab : masyarakat desa, Pemdes, Pemkab.

Berdasarkan catatan-catatan tersebut diatas, maka ada lima point pembelajaran yang dapat disimak secara bersama:

A.      Perencanaan Partisipatif dalam Masyarakat RPJMDes
Bagaimana menggunakan dokumen RPJMDes untuk mengatur rencana proyek yang masuk ke desa.
1.       Apa yang dilakukan oleh WaKIL à memperkuat dan mempererat hubungan-hubungan emasional dengan Pemkab, atau SKPD, dll.
2.       Peningkatan kapasitas KPM untuk pengawalan pembangunan desa
a.       Teknik fasilitasi pendampingan
b.      Teknik mengelola isu (fasilitasi pengaduan)
3.       Complaint centre à setelah ada komplain mau bikin apa ???
a.       Sistem komplain centre, waktu,
b.      Tema-tema pengaduan, misalnya soal-soal pembangunan, pelayanan public, pelayanan hukum, termasuk tentang pengaduan pendidikan anak-anak mereka.
c.       Mau menyalurkan kemana ???  Ã  sinergitas dengan mitra ACCESS yang lain.

B.      Bank Data Desa
1.       Untuk siapa bank data desa :
a.       Berguna bagi masyarakat secara langsung
b.      Bagi pemerintah desa, termasuk kepala desa
c.       Berbagai pihak, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, BPS, Pemerintah desa (Raskin, dll),
2.       Untuk masyarakat : untuk data complaint untuk proyek-proyek, untuk formula ADD (data miskin, dll) à agar warga untuk menuntut hak-haknya.
3.       Untuk mengetahui perlakuan apa yang akan ditindaklanjuti

C.      Pemberdayaan Perempuan
1.       Pelibatan-pelibatan dalam pertemuan-pertemuan, pengambilan keputusan-keputusan.
2.       Untuk akses dan kontrol terhadap proses pembangunan.
3.       Apa yang dilakukan : penguatan-penguatan bagi suami-suami,...”bagaimana sikap suami terhadap istri ketika banyak bergelut di publik...”
4.       Segi kualitas ini, apakah isi RPJMDes itu sudah pro perempuan, misalnya :
a.       Pembangunan jalan dari kampung ke pasar, dimana pasar atau jalan itu lebih banyak digunakan oleh perempuan.
b.      Membangun jembatan, kalau jembatan itu menguntung perempuan, atau kalau jembatan bambu, tentu tidak menguntungkan perempuan karena besar resikonya untuk tergelincir bagi perempuan yang menggendong anak.
5.       Kepemimpinan perempuan :
a.       Kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain
b.      Kemampuan untuk mencapai tujuan pro kepada perempuan, misalnya isi RPJMDes seperti contoh di atas WL
c.       Meraih kesempatan baik pada struktur formal dan non formal.  
6.       Bagaimana caranya perubahan ini dapat diketahui lebih meluas lagi
a.       Buatkan dokumentasi dan laporan tentang pencapaian seperti ini
b.      Buatkan profile bagi KPM Perempuan à WL

D.      Shearing Pembelajaran 
Apa pun yang terjadi pada kegiatan-kegiatan sudah seharusnya terjadi shearing pembelajaran, apakah yang orang terlibat dalam forum itu menampakkan ciri-ciri pembelajaran, ada saling kontribusi terhadap proses yang sedang berlangsung. Jadi jangan hanya melaporkan kegiatan, karena ini bisa dapat dilihat dari laporan-laporan.
1.       Mengurai nilai / hikmah dari setiap kegiatan yang dilakukan, bukan kegiatannya, tapi hal-hal yang dapat dipetik dari setiap event.
2.       Nilai pembelajaran dapat memberi arti (efek) kepada obyek belajar yang lain.

E.       Tenaga Handal = Fasduk
Bagaimana kawan-kawan peserta dapat memandang atau memotret dirinya sendiri :
1.       Telah tumbuh akar-akar kepemimpinan dalam diri para fasduk, yang sangat terasa adalah perubahan itu sangat terasa, dan terus dilakukan, cuma memang terkadang susah terungkapkan dengan kata.
2.       Ada fakta bahwa perempuan belum banyak dapat dipercaya dalam kepemimpinan, utamanya dalam pemerintahan, hal ini sangat terasa dalam pengalaman Fasduk.
3.       Kepemimpinan perempuan itu sudah terjadi, yaitu berperan di balik layar, yaitu mendorong untuk mendorong suaminya. Jadi pada hakehatnya perempuan-lah yang menjadi pemimpin. Akibatnya, dia menjadi obyek penderita. Lalu kenapa, bukan perempuan yang langsung saja saja yang menjadi pemimpin. Lalu pertanyaannya ??? bagaimana soal kapasitas  
4.       Soal marginalisasi perempuan, misalnya cara :
a.       Cara pandang stereotipe (minus positif) à cengeng, menangis, dll. Artinya, bahwa orang cengeng itu dianggap tidak dapat pemimpin, misalnya karena perempuan itu halus sehingga perempuan cukup bekerja di administrasi, di keuangan dll.
b.       Marginilisasi ekonomi, penguasaan aset, pada umumnya masih dominan laki-laki. Perempuan tidak dapat kredit, tetapi kalau laki-laki yang ngutang ternyata perempuan (istri) ikut dilibatkan.
c.       Orientasi pembangunan sangat maskulin (pro laki-laki), misalnya pembangunan pertanian yang sangat tidak adil, sarana produksi.  Misalnya, menyemprot, kalau laki-laki akibatnya racun hanya satu, tapi kalau perempuan banyak, termasuk mengganggu reproduksi, termasuk penggadaan benih. Bagaimana ini dapat dipikirkan oleh kawan-kawan WaKIL.
5.       Fasduk ke depan seperti apa :
a.       Kita butuh pengawalan ke depan yang lebih intens, karena pengalaman ini tidak hanya cukup satu tahun untuk pematangan proses. Jadi bagaimana proses RPJMDes yang bagus ini dapat mempengaruhi musrenbang kecamatan dan musrenbang kabupaten.
b.      Kita telah bekerja keras, tahun depan kita lebih tinggi lagi dibanding dengan sekarang, kita bisa kita didengar di tingkat kecamatan
c.       Dapatlah mengorganisir masyarakat.
d.      Bagaimana shear learning / scalling up untuk desa-desa lain yang akan dilakukan oleh Fasduk. Dari 26 desa menjadi 167 desa lain.   
e.      Jadi tugas moral Fasduk :
ü  Penyadaran (fasilitasi) terhadap masyarakat. Kritis terhadap hak-hak, karena menuntut haknya ke pemerintah.
ü  Level Pemerintah. WaKIL kritis agar pemerintah memenuhi tugasnya agar memberikan layanan publik.
f.         Kebutuhan Fasduk  :
ü  Peningkatan kapasitas :
§  kepemimpinan perempuan
§  teknik-teknik fasilitasi,
§  mekanisme komplain,
§  teknik pengorganisasian rakyat,
§  teknik-teknik analisis sosial,
ü  Fasilitasi komunikasi dan informasi - Internet

F.       Kesimpulan
Beberapa catatan-catatan penting sebagai tambahan  
1.       Up date bank data desa
2.       Pengambilan keputusan
3.       Pusat pengaduan masyarakat
4.       Teknologi informasi
5.       RPJMDes dapat mempengarahui musrenabang kecamatan dan kabupaten
6.       Analisis RPJMDes (Kualitas)
7.       Shear learning à desa contoh
8.       Peningkatan kapasitas Fasduk
9.       Keberlanjutan tugas KPM
10.   Tugas KPM pasca RPJMDes
11.   Analisa Sosial
12.   Kepemimpinan perempuan
13.   Analisis Relasi
14.   Dokumen / Profile Women Learhdership KPM

Rabu, 30 Maret 2011

Rekomendasi RTL PPR dan Catatan Hasil Diskusi Remdec

Ada tiga point besar untuk rencana tindak lanjut dari progres parnert reviuw (PPR) Yayasan WaKIL, sebagai berikut :

Memperkuat sistem pendataan dimanajemen WaKIL, yaitu sistem SPSS dan ArcGIS, maka 6 bulan kedepan, dua item tersebut yang akan diperkuat lagi

Mengawal proses-proses pendampingan dalam penyusunan RKP dan APBDes pada 26 desa di Kabupaten Gowa

Memperkuat data vedio, sehingga dalam 6 bulan ke depan sudah ada film pembelajaran CLAPP GSI dan Dokumen RPJMDes

Rekomendasi ini diperkuat dengan untuk rencana tindak lanjut dari pertemuan Yayawan WaKIL dengan Remdec. Yang antara lain membahas soal-soal :

Capaian tentang finishing 26 dokumen RPJMDes hingga tanggal 7 April 2011. Ini juga bagian dari membangun kolaborasi dari Pemerintah Kabupaten Gowa, dimana 26 dokumen RPJMDesa ini sebagai referrensi bagi desa-desa dan kelurahan di kabupaten lain.

Kapasitas 78 KPM yang telah dan sanggup melakukan pendataan (penjajakan), melakukan pengimputan, penulisan, penyusunan dokumen dari bab perbab. Sehingga Fasduk dan manajemen WaKIL hanya melakukan pengidetan (non-substansi), dan desaign covernya. Sementara penggadaan oleh Yayasan WaKIL, kepala desa dan BPM-PD.

Penguasaan metode-metode tambahan sistem bank datadesa, seperti analisis data dengan SPSS, Arc-GIS. Bagaimana dua sofewere ini mampu dimiliki oleh masing-masing desa yang dikendalikan oleh masing-masing KPM desa.

Memperkuat forum-forum lintas KPM desa, termasuk mempersiapkan dan merekrut KPM dusun yang diatur dan ditentukan oleh masing-masing inisiatif, inovasi, kekuatan dan energi desa yang bersangkutan.

Menshearing informasi-informasi sistem pendokumentasian RPJMDes dan Sistem Bank Data Desa ini didalam kebijakan Pemerintah Kabupaten Gowa sebagai perluasan dan replikasi pembelajaran dalam perencanaan berbasis warga. 

Demikianlah beberapa catatan-catatan kemajuan program perencanaan partisipatif kerjasama Yayasan WaKIL - ACCESS pada semester pertama.




Salam


Kaharuddin Muji