Jumat, 29 April 2011

Rekomendasi PPR GITA PERTIWI - WaKIL


Tempat / Waktu :
1.       Kantor YBC –Sungguminasa
2.       Selama 2 hari (Tanggal 27 – 28 April 2010)

Fasilitator :
1.       Dewi Ros (Gita Pertiwi)
2.       Titik Susanti (Gita Pertiwi)
3.       Sari Bulan (ACCESS Sulsel)

Peserta WaKIL :
1.       Hervina
2.       Hadawiah
3.       Fatma
4.       Ismawati (Fasduk Bajeng)
5.       Idawati Dg Lu’mu (Fasduk Parigi)
6.       Sitti Sumirna Rauf (Fasduk Barombong)
7.       Yuniarti (Fasduk Tompobulu)
8.       Angraeny Ardan (Fasduk Parangloe)
9.       Sultan Darampa (Manager Program)

Tujuan :
1.       Untuk melihat ulang perjalanan program Yayasan WaKIL dalam perencanaan partisipatif yang berkaitan erat dengan women leadhership.
2.       Saling bercerita atau bertukar pikiran dengan pikiran-pikiran dalam pengawalan proses perencanaan. 

Materi yang Dibutuhkan :
1.       Input dari peserta
2.       Isi dari program kegiatan WaKIL
3.       Rencana Aksi Perencanaan Partisipatif

Pertanyaan Kunci :  
1.       Siapa aktor untuk pencapaian mimpi itu à ketika aktor itu disentuh akan terjadi perubahan, (bukan nama tapi posisi).
2.       Situasi seperti apa yang akan dicapai oleh kawan-kawan
3.       Bagaimana melakukan (cara, strategis)
4.       Apa yang dibutuhkan

Tematik YBC :
1.       Pelayanan Publik Kesehatan (Desa)
2.       Kader Mandiri dan Sejahtera
3.       Keseteraan perempuan
4.       Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu
5.       Masyarakat Gowa yang sehat
6.       YBL + Kades melakukan perencanaan kesehatan yang berkelanjutan

Tematik WaKIL :
1.       Perencanaan partisipatif dalam menyusun RPJMDes
2.       Bank Data Desa
3.       Pemberdayaan Perempuan
4.       Shearing Pembelajaran
5.       Tenaga Handal – Manajemen, Fasduk,  KPM

Berkontribusi terhadap berbagai kalangan di masyarakat. Masyarakat yang dimaksud dalam sasaran program adalah :
1.       Perempuan
2.       Kaum Miskin
3.       Kaum Muda
4.       Kelompok Marginal

Untuk itu perlu mengulas mana yang masih terkadang menimbulkan perdebatan diantara kita, misalnya bagaimana pandangan masyarakat tentang :

Marginal :
1.       Tidak terlibat dan memang tidak dilibatkan à mulai berproses keterlibatan mereka mulai ada perubahan kira-kira ada penurunan 10 persen.
2.       Cacat
3.       Berkepribadian ganda
4.       Apatis = ada kasus 20 persen, perubahan à karena mereka tidak tahu tentang apa-apa yang sudah ada bekerja di desa, bukan mereka tidak mampu,
a.       Sibuk bekerja
b.      Tidak digubris, dibiarkan saja.
5.       Lawan politik
6.       Orang-orang pintar à takut kepala desa
7.       Tokoh masyarakat yang berbeda pandangan dengan Pemdes
8.       Trans gender (bencong, kelainan kejiwaan, dll)

Apatis itu dianggap dengan berbagai cara pandang yang berbeda-beda, misalnya kalau saya ikut ke pertemuan tersebut karena ada kebutuhan-kebutuhan yang melekat pada diri dan keluarganya, ada kepentingan yang tidak dapat ditolerir oleh masyarakat.

Apatis itu muncul karena memang ada pengaruh dari sistem. Apakah itu juga masih dianggap “apatis”.Solusi-solusi adalah melibatkan diri mereka maka pertemuan-pertemuan misalnya pada malam hari, atau pada hari-hari atau musim-musim tertentu, sehingga mereka lebih fair.

Cara merubah aktor :
1.       Cara pandang
2.       Cara bersikap
3.       Cara penerimaan para pihak kepada mereka

Kaum Miskin  :
Kreteria apa yang dilakukan kawan-kawan WaKIL untuk menilai miskin atau sangat miskin.

1.       Rumah :
a.       Tidak layak huni à gubuk bambu, lantai tanah.
b.      Makan seadanya (menu tidak lengkap)
c.       Tidak punya pekerjaan tetap

2.       Kaum Muda :
1.       Belum menikah
2.       Usia Remaja (SMP / SMA)

Anak :
1.       Usia 0 – 18 tahun (ILO), kecuali kalau sudah menikah

Bagaimana Melibatkan ?
1.       Mengundang, a’burita
2.       Bertanya dan berdiskusi
3.       Kunjungan langsung atau menemui mereka

Apa yang harus dilakukan ke depan :
1.       Realisasi muatan dalam pembangunan desa à dikawal oleh RPJMDes
2.       Siapa yang bertanggungjawab : masyarakat desa, Pemdes, Pemkab.

Berdasarkan catatan-catatan tersebut diatas, maka ada lima point pembelajaran yang dapat disimak secara bersama:

A.      Perencanaan Partisipatif dalam Masyarakat RPJMDes
Bagaimana menggunakan dokumen RPJMDes untuk mengatur rencana proyek yang masuk ke desa.
1.       Apa yang dilakukan oleh WaKIL à memperkuat dan mempererat hubungan-hubungan emasional dengan Pemkab, atau SKPD, dll.
2.       Peningkatan kapasitas KPM untuk pengawalan pembangunan desa
a.       Teknik fasilitasi pendampingan
b.      Teknik mengelola isu (fasilitasi pengaduan)
3.       Complaint centre à setelah ada komplain mau bikin apa ???
a.       Sistem komplain centre, waktu,
b.      Tema-tema pengaduan, misalnya soal-soal pembangunan, pelayanan public, pelayanan hukum, termasuk tentang pengaduan pendidikan anak-anak mereka.
c.       Mau menyalurkan kemana ???  à sinergitas dengan mitra ACCESS yang lain.

B.      Bank Data Desa
1.       Untuk siapa bank data desa :
a.       Berguna bagi masyarakat secara langsung
b.      Bagi pemerintah desa, termasuk kepala desa
c.       Berbagai pihak, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, BPS, Pemerintah desa (Raskin, dll),
2.       Untuk masyarakat : untuk data complaint untuk proyek-proyek, untuk formula ADD (data miskin, dll) à agar warga untuk menuntut hak-haknya.
3.       Untuk mengetahui perlakuan apa yang akan ditindaklanjuti

C.      Pemberdayaan Perempuan
1.       Pelibatan-pelibatan dalam pertemuan-pertemuan, pengambilan keputusan-keputusan.
2.       Untuk akses dan kontrol terhadap proses pembangunan.
3.       Apa yang dilakukan : penguatan-penguatan bagi suami-suami,...”bagaimana sikap suami terhadap istri ketika banyak bergelut di publik...”
4.       Segi kualitas ini, apakah isi RPJMDes itu sudah pro perempuan, misalnya :
a.       Pembangunan jalan dari kampung ke pasar, dimana pasar atau jalan itu lebih banyak digunakan oleh perempuan.
b.      Membangun jembatan, kalau jembatan itu menguntung perempuan, atau kalau jembatan bambu, tentu tidak menguntungkan perempuan karena besar resikonya untuk tergelincir bagi perempuan yang menggendong anak.
5.       Kepemimpinan perempuan :
a.       Kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain
b.      Kemampuan untuk mencapai tujuan pro kepada perempuan, misalnya isi RPJMDes seperti contoh di atas WL
c.       Meraih kesempatan baik pada struktur formal dan non formal.  
6.       Bagaimana caranya perubahan ini dapat diketahui lebih meluas lagi
a.       Buatkan dokumentasi dan laporan tentang pencapaian seperti ini
b.      Buatkan profile bagi KPM Perempuan à WL

D.      Shearing Pembelajaran 
Apa pun yang terjadi pada kegiatan-kegiatan sudah seharusnya terjadi shearing pembelajaran, apakah yang orang terlibat dalam forum itu menampakkan ciri-ciri pembelajaran, ada saling kontribusi terhadap proses yang sedang berlangsung. Jadi jangan hanya melaporkan kegiatan, karena ini bisa dapat dilihat dari laporan-laporan.
1.       Mengurai nilai / hikmah dari setiap kegiatan yang dilakukan, bukan kegiatannya, tapi hal-hal yang dapat dipetik dari setiap event.
2.       Nilai pembelajaran dapat memberi arti (efek) kepada obyek belajar yang lain.

E.       Tenaga Handal = Fasduk
Bagaimana kawan-kawan peserta dapat memandang atau memotret dirinya sendiri :
1.       Telah tumbuh akar-akar kepemimpinan dalam diri para fasduk, yang sangat terasa adalah perubahan itu sangat terasa, dan terus dilakukan, cuma memang terkadang susah terungkapkan dengan kata.
2.       Ada fakta bahwa perempuan belum banyak dapat dipercaya dalam kepemimpinan, utamanya dalam pemerintahan, hal ini sangat terasa dalam pengalaman Fasduk.
3.       Kepemimpinan perempuan itu sudah terjadi, yaitu berperan di balik layar, yaitu mendorong untuk mendorong suaminya. Jadi pada hakehatnya perempuan-lah yang menjadi pemimpin. Akibatnya, dia menjadi obyek penderita. Lalu kenapa, bukan perempuan yang langsung saja saja yang menjadi pemimpin. Lalu pertanyaannya ??? bagaimana soal kapasitas  
4.       Soal marginalisasi perempuan, misalnya cara :
a.       Cara pandang stereotipe (minus positif) à cengeng, menangis, dll. Artinya, bahwa orang cengeng itu dianggap tidak dapat pemimpin, misalnya karena perempuan itu halus sehingga perempuan cukup bekerja di administrasi, di keuangan dll.
b.       Marginilisasi ekonomi, penguasaan aset, pada umumnya masih dominan laki-laki. Perempuan tidak dapat kredit, tetapi kalau laki-laki yang ngutang ternyata perempuan (istri) ikut dilibatkan.
c.       Orientasi pembangunan sangat maskulin (pro laki-laki), misalnya pembangunan pertanian yang sangat tidak adil, sarana produksi.  Misalnya, menyemprot, kalau laki-laki akibatnya racun hanya satu, tapi kalau perempuan banyak, termasuk mengganggu reproduksi, termasuk penggadaan benih. Bagaimana ini dapat dipikirkan oleh kawan-kawan WaKIL.
5.       Fasduk ke depan seperti apa :
a.       Kita butuh pengawalan ke depan yang lebih intens, karena pengalaman ini tidak hanya cukup satu tahun untuk pematangan proses. Jadi bagaimana proses RPJMDes yang bagus ini dapat mempengaruhi musrenbang kecamatan dan musrenbang kabupaten.
b.      Kita telah bekerja keras, tahun depan kita lebih tinggi lagi dibanding dengan sekarang, kita bisa kita didengar di tingkat kecamatan
c.       Dapatlah mengorganisir masyarakat.
d.      Bagaimana shear learning / scalling up untuk desa-desa lain yang akan dilakukan oleh Fasduk. Dari 26 desa menjadi 167 desa lain.   
e.      Jadi tugas moral Fasduk :
ü  Penyadaran (fasilitasi) terhadap masyarakat. Kritis terhadap hak-hak, karena menuntut haknya ke pemerintah.
ü  Level Pemerintah. WaKIL kritis agar pemerintah memenuhi tugasnya agar memberikan layanan publik.
f.         Kebutuhan Fasduk  :
ü  Peningkatan kapasitas :
§  kepemimpinan perempuan
§  teknik-teknik fasilitasi,
§  mekanisme komplain,
§  teknik pengorganisasian rakyat,
§  teknik-teknik analisis sosial,
ü  Fasilitasi komunikasi dan informasi - Internet

F.       Kesimpulan
Beberapa catatan-catatan penting sebagai tambahan  
1.       Up date bank data desa
2.       Pengambilan keputusan
3.       Pusat pengaduan masyarakat
4.       Teknologi informasi
5.       RPJMDes dapat mempengarahui musrenabang kecamatan dan kabupaten
6.       Analisis RPJMDes (Kualitas)
7.       Shear learning à desa contoh
8.       Peningkatan kapasitas Fasduk
9.       Keberlanjutan tugas KPM
10.   Tugas KPM pasca RPJMDes
11.   Analisa Sosial
12.   Kepemimpinan perempuan
13.   Analisis Relasi
14.   Dokumen / Profile Women Learhdership KPM