Senin, 20 Juni 2011

BINTANG PERUBAHAN : Sang Pembaharu dari Parigi

Saya tidak mengerti kenapa saya menjadi pembicara utama pada Jambore Kader Perencanaan Penganggaran Paritisipatif yang dipusatkan di Desa Julubori, padahal saya ini bukan apa-apa bagi program ACCESS, saya juga bukan sebagai KPM, maupun warga sasaran penerima dampak.

Tetapi ketika pertama kali sosialisasi program ini direncanakan, saya melihat draft kegiatannya sangat menarik, karena mereka tidak bicara proyek, atau program, atau mereka bicara soal penguatan atau pemberdayaan, dimana kader-kader dilatih untuk melakukan pendataan dengan validatas yang sangat terpercaya, kader juga diajak untuk membuat matriks perencanaan, malah kader membuat dan menyusun sendiri dokumen perencanaan desanya.

Melihat itu semua, saya tidak pernah diundang, tetapi datang terus, karena melihat manfaat yang bakal diterima, utamanya bagi warga RK atau dusun saya. Karena meskipun saya ketua RK, tetapi sehari-hari saya harus mengurus Dusun Pangajian, malah seringkali diminta Kades Parigi untuk mewakilinya dalam pertemuan-pertemuan, cuma memang sebatas mengikuti.

Jadi setiap tahapan kegiatan, dan arus perubahan-perubahan yang dicapai dalam perencanaan di Desa Parigi, maka tentu saya paham betul, saya tahu menyusun visi, membuat peta sosial, menfasilitasi peringkat kesejahteraan masyarakat, dan tabulasi sensus.

Malah isi RPJMDes Parigi saya tahu betul, strategi pembangunannya saya hapal dengan segala prioritasnya. Saya sangat gembira, karena posisi saya sebagai ketua RK, mendampingi warga untuk berparitsipasi penuh dalam program ini, tidak ada warga saya yang berani menolak pertemuan-pertemuan, tapi bukan akrena takut kepada saya, tetapi memang sudah mengerti betul manfaat program ini.

Mungkin memang dulunya ia, tetapi biar bagaimana pun saya juga bagian dari warga penerima dampak dari program tersebut.

Tantangannya, karena saya ini adalah bekas preman, anak jalanan, yang tidak pernah tahu tentang bermasyarakat, apalagi tiba-tiba dipercaya menjadi ketua RK. Ini seolah-seolah saya shok menerima mandat ini, tetapi karena dukungan dari warga yang kuat, maka saya akhirnya menerima jabatan tersebut.

Kemudian saya menghadap kepada orang-orang tua, pemuka agama, dan sejumlah kaur aparat desa, maka disarankan untuk merubah diri, merubah perilaku, dan setelah itu maka kemudian, saya diminta untuk kemudian pelan-pelan membuktikan perubahan perlakuk saya kepada masyarakat, karena tantangan moralnya sangat besar, bagaimana mungkin seorang preman akan memimpin masyarakat, apakah masyarakat mau dijebloskan ke dalam dunia premanisme.

Akhirnya saran itu terus saya lakukan, apalagi sudah teman diskusi, ada Dg Tola (Fasduk Kecamatan Tinggimincong / Manuju), juga seringkali diskusi dengan Manager Program WaKIL meski tidak ada hubungan langsung, karena saya juga bukan bagian dari struktur pelaksana program WaKIL.

Saya juga banyak belajar dari masyarakat, termasuk kepada istri yang setia mendampingiku dalam menjalankan tugas-tugas RK, dan kebetulan sekali istriku itu adalah KPM Desa Parigi. Disamping saya belajar sama dia, saya juga seolah-olah berlomba, malah seringkali berdebat soal-soal program ACCESS ini.

Akhirnya, saya juga menginisiatif membuat sendiri perencanaan untuk Dusun Pangajian, ada dokumen sensus sendiri untuk dusun itu, malah sudah ada peta sosialnya yang dibuat khusus, termasuk dibantu warga. Ke depan, saya akan membuat perencanaan sendiri, tentu dengan segala prioritas dan peluangnya dalam pembangunan Dusun Pangajian ke depan. (sultan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar