Rabu, 08 Juni 2011

Jambore Kader : Apresiasi KPM Pengawal Pembangunan

Peserta kader yang terdiri atas berbagai elemen masyarakat ketika menghadiri pembukaan Jambore Kader. Asisten I Pemkab Gowa ketika memeriksa 26 dokumen RPJM Desa se-Kabupaten Gowa. 

Makassar, KBSC)
Atas inisaitif Kepala Desa Julubori, Muhammad Ansar, bersama kader-kader pemberdayaan masyarakat (KPM), menfasilitasi jambore kader perencanaan penganggaran partisipatif atas dukungan Pemerintah Kabupaten Gowa, Yayasan WaKIL dan Kemitraan Indonesia Australia dan ACCESS Phase II.

Sukses ini adalah wujud dari perubahan-perubahan yang telah dicapai pada 78 kader-kader pemberdayaan dari 26 desa dampingan di Kabupaten Gowa. Dan itu semua disaksikan Asisten I Pemkab Gowa, bersama beberapa kepala dinas, anggota DPRD Gowa, 18 camat se-Kabupaten Gowa, dan puluhan kepala desa, kepala kelurahan dan stakeholders lainnya.

Jombore ini kemudian menampilkan alat-alat kajian penjajakan dan perencanaan, seperti peta sosial 26 desa, pentagonal aset, peringkat kesejahteraan masyarakat, ataupun produk-produk unggulan dan kreasi dari masing-masing desa, seperti ada kopi tuak yang ditampilkan oleh KPM Desa Parigi dan Desa Tamalatea. 

Ada kreasi kue-kue tradisional hasil kerajinan kelompok dampingan di Desa Datara dan Desa Garing. Semua ini tak terlepas dari pengamatan dan rasa kagum dari Asisten I beserta rombongan ketika mengunjungan stand pameran tersebut.

Kepala Desa Julubori, Muhammad Ansar Dg.Rurung, setiap usaha-usaha dan ide-ide dari masyarakat, termasuk Jambore ini, selalu memusyawarakan dengan para aparatur, termasuk BPD, bahwa bagaimana meningkatkan mobilitas layanan kesehatan masyarakat, utamanya bagi masyarakat yang kurang mampu, meski sudah ada kesehatan gratis, maka waktu itu disepakati untuk pengadaan sebuah mobil P3K, pelayanan pertama pada kesehatan. Dimana mobil ini, merupakan jasa angkutan gratis untuk transportasi bagi warga yang mengalami musibah, misalnya masuk ke rumah sakit (ke ibukota kabupaten Sungguminasa dan ke Kota Makassar), termasuk untuk layanan angkutan mayat.

Jika masyarakatnya itu tergolong mampu, dan membutuhkan layanan ke luar kabupaten yang sangat jauh, maka hanya dimintai biaya pengganti pembeli bensin, itupun sesuai kondisi keuangan keluarga, alias sukarela, tidak aa patokan, sementara sopir tetap mobil tersebut dihonor oleh Kades sendiri.

Dalam rutinitas layanan public itu, maka saya mendapat informasi bahwa salah satu dari dua desa di Kecamatan Palangga mendapat lokasi program “perencanaan partisipatif” yang belakangan kemudian dikenal sebagai penyusunan RPJMDes atas kerjasama Yayasan WaKIL – ACCESS Phase II.

Berangkat dari situ, sungguh beruntung, karena kami mengirimkan 3 orang kader terbaik desa, yaitu KPM M.Ilyas Dg.Laja, Rosmawati dan Dg.Kebo, yang representatif mewakili masing-masing dusun. Dari perguliran waktu terus berjalan, sang kader ini telah melahirkan atau mendorong dan mendampingi lahirlah dokumen RPJMDes, dengan proses yang betul-betul terpercaya dan akurat.

Didokumen itulah termuat seluruh rencana desa, dan salah satu rencana pengempangan strategis desa yang dirasakan sangat mendesak dan memang strategis adalah pengembangan kawasan agrowisata Desa Julubori secara terpadu, karena disini dibangun baruga musyawarah desa, tempat mancing, tempat permainana anak-anak (rekreasi), pusat sayur organik, dan ke depan sistem pertanian (pola Sri dan Legowo), peternakan itik, laboratorium hutan hak.

Hal ini lahir juga atas dorongan bagaimana meningkat sumber-sumber pendapatan asli desa, selain alokasi dana desa (ADD). Jadi agrowisata ini mengembangkan sistem kemitraan masyarakat, dimana masyarakat, termasuk pemilik lahan dan pemilik ternak, adalah bagian utama dalam pengelolaan kawasan terpadu itu, jadi masyarakat adalah manajer atau pelaku utama dalam agrowisata ini.

Langkah-langkah strategi pengembangan agrowisata ini, adalah telah melakukan serangkaian kegiatan atau kunjungan juga dukungan dari pemerintah Kabupaten Gowa, misalnya telah menjadi lokasi penelitian kehutanan dengan sistem vegetasinya yang beragam, dimana vegetasi hutan kayu ini merupakan hasil tanaman yang ditanam masyarakat sendiri. Juga menjadi laboratorium pengembangan sistem pertanian pola Sri di Indonesia, dan terakhir, seminggu yang lalu, telah didakan pameran atau jambore kader perencanaan penganggaran partisipatif se-Kabupaten Gowa.

Jadi seluruh sistem desaign pengembangan tersebut diatas, telah diatur dalam sistem regulasi pemerintahan desa, mulai dari SK atau mandotry terhadap pelaksana teknis lapangan, seperti SK kepada kader-kader pemberdayaan, Perdes tentang RPJMDes, juga sejumlah SK Kades lainnya.

Sehingga upayaini telah melahirkan sistem regulasi desa yang akuntabel, demokratis dan transparansi. Ketiga komponen ini telah teruji melalui hasil-hasil keputusan dan masyawarah bersama, antara perangkat-perangkat pemerintahan desa, BPD, KPM, dan seluruh elemen-elemen masyarakat.

Ke depannya, agar seluruh sistem nilai yang bekerja di desa betul-betul lahir atas desaign bersama masyarakat, maka kami mengemasnya dalam sistem klinik. Dimana klinik utamanya adalah Bank Data Desa yang merupakan, “gudang analisis” kebutuhan bersama bagi desa.

Hasil-hasil analisis ini melahirkan rekomendasi-rekomendasi, misalnya rekomendasi sistem bisnis planning bagi masyarakat, jadi semacam konsultasi ekonomi masyarakat, juga klinik public complain, yang senantiasa menerima pengaduan atau sengketa antarmasyarakat itu sendiri. “Beberapa hari yang lalu, ada sengketa antarwarga yang bersentuhan dengan kriminal, dan sebelum diserahkan ke polisi, kami membicarakannya, dan akhir musyawarah itu kemudian memastikan bahwa kasus ini ditangani sendiri  oleh desa, dan hasilnya terjadi perdamaian, meski saya sendiri sebagai kepala desa, menjadi jaminan ke polisi jika dikemudian hari ada masalah-masalah hukum terhadap kasus ini. “Jadi tidak semua sengketa disini, ditangani langsung polisi, malah polisinya kami datangkan ke masyarakat,dan mendiskusikannya secara bersama, jadi tidak langsung asal tangkap dan penjarakan,” tegasnya.

Semua itu, adalah upaya-upaya sistematis yang dimotori sang kader dalam memastikan perubahan-perubahan yang terus terjadi di desanya. Pola sismatis ini pula yang menjadi inspirator,dan corong perubahan bagi desa-desa lain di Kabupaten Gowa dan Sulawesi Selatan. (sultan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar